Senin, 02 April 2012

Kahlil Gibran-Taman Keindahan

Tak akan kutukar duka laraku dengan suka cita manusia. Aku tak rela bila air mata yang mengucur dari setiap kesedihan diri menjadi tawa. Biarlah hidupku berkubang air mata dan senyuman. Air mata yang mengucilkan hidupku dan membuatku paham akan rahasia-rahasia hidup dan misterinya. Senyuman yang mendekatkanku pada orang-orang tercinta serta menjadi lambang pengagunganku terhadap Tuhan. Air mata yang memadukanku dengan orang-orang yang patah hati. Senyuman yang menjadi tanda kebahagiaanku akan keberadaaanku.

Lebih baik aku mati membawa rindu dari pada hidup menanggung jemu. Ingin kurasakan kelaparan cinta pada kecuraman jiwaku, karena aku melihat mereka yang telah puas adalah manusia paling celaka dan paling dekat dengan materi. Aku mendengar dan aku menyimak desahan pencinta yang paling melebihi merdu rintihan apapun.

Saat malam menjelang, bunga melihat daun-daunnya lalu tidur mendekap rindunya. Manakala pagi menyambang, ia membuka bibirnya demi menyambut kecupan sinar matahari. Kehidupan bunga-bunga adalah rindu dan pertemuan antara air mata dan senyuman.

Lautan menguap, membubung, menggumpal dan menjadi awan. Melintasi perbukitan dan lembah-lembah. Hingga manakala berjumpa semilir angin lembut, ia mengisi perladangan, bercucuran. Lalu, menyatu bersama bengawan, kembali ke lautan tanah airnya.

all of the dearest Saraswita :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar